Sebera Pedulimu untuk Saudaramu!!!

Solidaritas Kebersamaan

Tuesday, May 19, 2009

Orang-orang dari Negeri yang (Pernah) Jaya


Ketika pagi memancarkan warna warni, di teras dudukan depan diriku bersahaja ditemani secangkir teh hangat. Aroma pagi yang khas disertai semilir angin dingin sisa-sisa hujan semalam membuatku merasa teramat nyaman. Dan kemudian membawa pikiranku ke dunia khayalan… khayalan tentang negeriku.


Negeriku … haruskah negeriku akan semakin terpuruk di sisa-sisa asa akhir zaman? Negeriku kini dipenuhi oleh wajah-wajah muram tidak bersahabat. Yang demi kekuasaan, kemuliaan, dan kesenangan duniawi rela bermandikan keringat darah saudaranya sendiri.

Teringatkah mereka akan betapa jaya dan besarnya negeri ini di masa lalu? Haruskah orang-orang seperti Dapunta Hyang, Gajah Mada, Tjut Nyak Dien, Jenderal Sudirman, Bung Tomo, Bung Karno dan lain-lain yang memiliki semangat dan jiwa patriotisme luhur bangsa ini hanya menjadi kenangan? Dahulu semua yang berada di negeri ini berlomba-lomba memberikan segenap jiwa raga dan cintanya untuk kejayaan bangsa. Bukan hanya manusia penghuninya, namun mahluk lainpun turut berbangga menjadi bagiannya. Negeri ini telah menjadi panutan bangsa lainnya. Negeri ini menjadi tempat berguru bangsa lainnya. Semua berkumpul walau dari negeri-negeri di ujung bumi sekalipun. Belajar bercocok tanam, belajar bertata negara, belajar memperdalam agama, seni, budaya atau belajar menjadi manusia kesatria, lelaning jagad sekalipun semua berebut untuk belajar dari bangsa negeri ini. Negeriku dihiasi dengan rasa bangga yang luar biasa. Negeri ini menjadi bangsa yang besar dan dihormati, dihargai dan dicintai bangsa-bangsa lain dari seluruh negeri.

Ahhh … kalau saja mereka kini dapat mengingat jasa-jasa para pendiri negeri ini. Pahlawan-pahlawan dari negeri dimana air mutiara mengalir tanpa henti. Kesatria-kesatria yang tumbuh dari tanah lahar mendidih. Mengikuti semangat dan jiwa luhur pendahulunya …

Bunyi deru suara kendaraan roda dua seperti sengaja membuyarkan angan-anganku. Lamunan khayalan kini berganti kenyataan. Sayang … yah patut disayangkan oleh siapa saja. Negeri yang dahulunya tempat kebahagiaan segenap mahluk. Yang selalu bersama-sama bergotong royong, bermusyawarah dan bermufakat walau menghadapi masalah sekecil apapun semua dapat teratasi dengan kebahagiaan yang terbagi rata dan terpancar di hati dan wajah-wajah anak negeri … dan kini hanya bisa terpuruk … dan semakin terpuruk. Yang tinggal hanya kaca-kaca dan bayangan dari masa lampau yang bersejarah …

Setiap hari setiap detik kita melihat dan merasakan ketidak adilan merajalela. Manusia-manusia pun saling berpaling muka, tanpa senyuman. Walau ada canda wajah ceria, itupun hanya topeng sandiwara … Yang mereka kejar hanya kebahagiaan duniawi yang semu dan itupun hanya untuk diri mereka sendiri…




0 komentar:

Post a Comment